#Untuk Kamu - Terimakasih

Untuk kali ini aku tidak akan menulis cerita pendek seperti biasanya, namun aku akan menceritakan seseorang yang sudah beberapa bulan belakangan ini muncul di kehidupanku. Sebelumnya aku meminta maaf kepada pembaca apabila di dalam tulisanku ini nanti, mungkin banyak hal yang kalian anggap lebay ataupun terlalu berlebihan. Tapi, aku hanya ingin bercerita apa yang aku alami. So enjoy the coffee!

Genap setahun sudah aku mengenal dia cukup dekat dan hangat. Dia yang dulu mungkin tidak aku kenal sama sekali, dan tidak ada satupun terbesit pikiran bahwa dia lah yang akan berada di dekatku setiap harinya. Mungkin aku bukanlah seperti mereka-mereka yang menemanimu sebelumnya, yang mengenalmu dengan waktu yang cukup. Aku hanya orang asing yang baru saja mengenalmu dan memberanikan diri untuk masuk ke kehidupanmu.

Dia adalah (eda). Seseorang yang baru saja aku kenal setahun yang lalu dari suatu kepanitiaan malam keakraban atau biasa disebut makrab. Jujur aku tidak megenal bahkan mengetahui dia setelah 2 semester berjalan aku menuntut ilmu di kampusku. Akhirnya kami bertemu dalam satu kepanitiaan, namun anehnya lagi di dalam kepanitiaan tersebut kami tidak saling berelasi kerja (jobdesk kami tidak saling berhubungan). Hingga pada akhirnya, saat mendekati hari h acara, kami diharuskan untuk menjalin kerja sama antara divisi acara dengan para pemandu. Dari situlah mungkin aku bisa mengenal seseorang (eda) walaupun semua itu hanya sebatas teman kepanitiaan. Oke mungkin aku tidak akan menceritakan detail bagaimana aku mengenalnya pada acara tersebut karena jujur aku tidak habis pikir akan berakhir seperti ini jadi aku tidak mengingat setiap moment tersebut.

Baik aku akan menceritakan h+ beberapa hari setelah magenta. Jadi, pada saat itu posisi aku sebenarnya sama sekali tidak berfikiran akan berakhir dekat dengan dia. Hal itu terjadi karena 2 hal, pertama adalah aku sedang mengagumi seseorang hehe dan alasan kedua adalah dia sedang menjalin hubungan dengan cewek lain. Haha  (bahkan aku juga ga ngerti sebenernya dia punya pacar, I dnt care anyway). Entah berawal dari hal apa aku lupa, namun semua ini berawal dari sebuah media sosial yang sedang booming saat itu yaitu Snapchat. Hampir dalam hitungan sering mungkin ya, kami berdua sering saling mengirim snapchat. Tapiiiii semua itu hanya bercanda karena aku juga melakukan hal yang sama dengan teman-teman cowokku lainnya. Saling mengirim snapchat mungkin membuat kita menjadi lumayan dekat tapi hanya dekat di medsos, di dunia nyata? Nol besar (berbicara berdua aja gapernah, mana bisa deket terus akrab. Namanya sok akrab) haha.

Pada suatu hari aku bersama temanku memang akhir-akhir itu sering sekali olahraga lari sore di suatu tempat tak jauh dari kosku. Bodohnya lagi, temanku ini cukup mengenal (eda) dengan dekat karena sebelumnya mereka sempat berada dalam satu kepanitiaan. Jadi temanku ini (adin) mengajak dia untuk berolahraga lari bersama. Hingga akhirnya kita sering berolahraga bersama hingga entah beberapa kali, dengan perasaan yang tetap sama hanya sebatas teman tidak lebih dari itu. Di sisi lain, aku dan dia juga masih saling mengirimkan pesan singkat bahkan gambar di Snapchat dan menurutku semakin berjalannya waktu kedekatan di snapchat semakin intensif. Hingga pada suatu hari, aku merasakan sesuatu hal yang sangatlah ganjal. Kala itu seperti biasa kami akan lari bersama, namun entah aku merasa sesuatu hal yang berbeda. Seperti aku enggan bertemu dengannya karena mungkin aku akan salah tingkah. Oke skip, akhirnya kita lari.

Hari dimana aku merasa aneh untuk pertama kalinya, bertepatan dengan hari terakhir aku mengikuti event Edisi. Sungguh aku ingat betul, pada malam itu setelah aku lari aku berkumpul di kampus dengan temanku (adin) untuk mengikuti sebuah kegiatan bernama Edisi. Entah bercandaan apa yang dilakukan malam itu, akhirnya aku memblokir Snapchatnya (eda). Namun tak lama setelah itu, aku kembali meng-add Snapchatnya kembali. Sungguh mengejutkan dengan tiba-tiba terdengar suara line masuk. Ternyata itu adalah line darimu, dengan mengirimkan bukti screenshoot karena aku telah meng-add dia kembali setelah aku blokir. Awalnya hal itu menjadi bahan bercandaan kami berdua, namun waktu berkata lain. Hal lain yang aku rasakan seketika lari sore itu, membuat aku tidak nyaman hingga aku mencari sebuah pembuktian yang mungkin aku tidak bisa menceritakan detail. Namun semua itu berinti pada pembuktian suatu hal, seseorang yang sedang chatting denganku sudah bukan milik seseorang lagi (sebenernya gatau pasti bener atau engga udh end atau blm). Kita pun masih asik dengan bercandaan kita di line kala malam itu dan berlanjut hingga berhari-hari kemudian.

Aku tidak akan menceritakan bagaimana kedekatanku itu yang makin intensif (menurutku aja, entah menurut dia gimana). Aku tidak ingat betul hari itu hari apa, mungkin malam minggu di minggu kedua bulan desember. Malam itu kalau tidak salah ada seseorang yang mengajakku untuk ikut nongkrong di upnormal bersama tmn-tmn yang lainnya, sementara pada saat itu aku sedang bersama dua temanku (adin) dan (yllen). Aku juga bingung sebenarnya kenapa aku mau mengikuti ajakan untuk ikut menghabiskan waktu di sana dan yang teramat penting adalah aku malas bertemu denganmu, karena mungkin itu adalah pertemuan pertama aku dan kamu setelah rasa aneh itu muncul dan chat semakin intensif (sumpah aku benci banget kalo kebaperan asli gabohong). Malam itu kita semua menghabiskan waktu untuk bermain dan terus bermain hingga aku lupa terhadap rasa malas yang aku rasakan tadi. Tapi semua itu mendadak pahit ketika satu kata yang muncul dari mulutmu yang dilontarkan kepadaku yang mungkin membuatku merasa asdfghjkl hehe. Dan akhirnya malam itu berakhir dengan satu kata “cukup”.

Aku ingat betul dengan kejadian ini, yang membuat aku kembali berkaca dan mengatakan pada diriku sendiri “cukup, tidak usah dilanjutkan”. Hingga aku mengganti display name lineku, dan setelah itu kamu membalas chat terakhirku yang awalnya hanya berakhir read. Aku tidak akan menceritakan lebih detail, namun aku selalu mengingat hal tersebut hingga saat ini. Percakapan kami malam ini berakhir kamu meminta maaf kepadaku atas ucapanmu yang kamu anggap sebagai lelucon semata, namun mungkin itu cukup membuatku ternganga hehe. Dengan kejadian malam ini, aku terus memperingatkan diriku “cukup, tidak usah dilanjutkan” :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos Penyimpangan Mesir Kuno

Sore Senja Itu

Pohon Teraneh Di Dunia