Sore Senja Itu

Entah apa yang aku fikir tentangmu selama ini salah atau benar. Berada di sebuah persimpangan dimana aku harus percaya denganmu atau aku harus mendengarkan berbagai suara-suara yang keluar dari mereka semua tentang baik ataupun buruknya tentangmu. Namun yang tak aku kira dari mereka adalah tidak sedikit dari mereka yang melontarkan berbagai macam pernyataan negatif tentang dirimu. Namun ku biarkan semua itu sekilas seperti angin lalu yang ku hiraukan begitu saja. Ku anggap remeh sekalipun hingga aku mempercayai apapun yang kau ceritakan kepadaku tentang betapa indahnya duniamu. Karena aku percaya kau sudah berubah tak seperti dulu selayaknya apa yang dikatakan mereka semua kepadaku.

Kau menggenggam tanganku erat dan menatap mataku dengan pandangan yang cukup tajam. Ku balas tatapan hangat itu dengan sedikit keraguan. Namun keraguan itu entah tak tahu hilang begitu saja. Dan seakan hitam bola matamu benar-benar dapat meyakinkanku bahwa kau sudah berubah. Bukanlah kau yang dulu. Dan semua itu bukan untuk sementara namun selamanya. Walaupun sebenarnya aku tak begitu paham mengapa semua keraguan itu tiba-tiba dapat sirna begitu saja ketika kau menatapku? Apakah yang kali ini juga butuh alasan untuk menjawabnya?

Melalui pesan singkat yang sehari-hari kau kirimkan padaku, melalui obrolan kita sewaktu kita bertemu atau sewaktu berbincang melalui telefon. Dan disitulah perlahan keraguan itu mulai runtuh perlahan. Saat kau beri aku perhatian yang cukup membuat hati ini merasa terbuai, bahkan perhatian kecil sekalipun. Saat kau beri aku bermacam-macam kejutan, saat kau bisa membuatku tertawa kembali disaat aku menangis. Atau berbagai macam kenangan yang manis lainnya dan apapun semua itu yang berhubungan denganmu. Perlahan aku mulai terbiasa dengan kehadiranmu dan aku merasa nyaman saat dimana disitu ada kamu yang selalu membuatku merasa nyaman saat bersamamu.

Ku sandarkan kepalaku di bahumu saat aku mulai lelah. Tak ku sangka sebelumnya, ku lihat senyum ikhlas indah itu mengambang di parasmu. Perlahan air mata itu mulai menetes tanpa ku sadari. Lantas kau usap air mata itu sambil mentertawakanku perlahan dan berkata bahwa aku sangatlah cengeng. Kau mendekap dan memeluk diriku di bawah hembusan angin senja yang sangat hangat terasa. Menambah suasana sore hari itu terasa sangat indah dan sangatlah indah. Nyaman dan aku berharap seterusnya akan tetap nyaman Tuhan. Seakan tak mau kehilangan malaikat penjagaku yang setiap saat ada teruntukku. Tak mau kehilangan pelukan hangatmu itu. Dan tak tahu bagaimana jika kelak tiba-tiba semua itu hilang dan fana begitu saja.

Dilepaskannya secara halus pelukan itu. Kembali kau lemparkan senyuman khasmu itu kepadaku dan aku hanya bisa tersipu malu. Rona wajahku memerah seketika itu juga layaknya pipi seorang badut yang biasanya ada dalam pesta ulang tahun anak-anak kecil. Bisa dibilang salah tinggah mungkin. Tapi hati ini rasanya sungguh senang tiada duanya. Ku pecahkan keheningan itu seketika. Dengan suara manis manja aku berkata terimakasih kepadamu karena hari ini kau dapat mengurangi sedikit rasa lelahku dan membuatku merasa sangat nyaman saat aku di dekatmu. Kembali kau lontarkan senyumanmu itu sambil berkata kepadaku bahwa kau menyayangiku. Tak lama setelah itu aku kembali terkagetkan oleh sikapmu. Tiba-tiba kau mencium keningku dan segera mengantarku pulang karena malam hampir tiba. Terimakasih senja sore yang sangat indah ini Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos Penyimpangan Mesir Kuno

Asri's Birthday :)