Lamunanku Malam Itu

Kali ini aku membawa laptopku keluar menuju balkon rumah. Entah apa yang akan aku lakukan dengan laptop ini. Menonton film, bermain games, membuat tugas sekolah yang belum sempat aku selesaikan atau bahkan hanya ku letakkan begitu saja di sampingku. Angin berhembus syahdu, seakan malah memberikan kesan kehangatan bagi tubuhku. Suara jangkrik, sinar sang kunang-kunang melengkapi indahnya malam ini. Nampak terasa begitu sempurna memang jika ditemani langit penuh bintang dan tentu saja sang dewi malam yang kali ini menampakkan dirinya dalam bentuk sabit. Membuat malam ini terasa nampak berbeda. Namun seketika aroma secangkir cappuccino membuyarkan lamunanku. Entah darimana asalnya aroma itu. Atau barangkali hanya halusinasiku saja. Mungkin ia menginginkanku untuk memperhatikannya.

            Sejenak aroma tadi membuatku termenung merundukkan kepala. Iya benar, aku sangatlah paham dan hafal betul dengan aroma itu. Dan pikiranku tertuju pada dia, sahabat teman satu kelasku. Seorang anak laki-laki seumuranku yang dulu menyapaku di pertandingan Basket se-SMA di salah satu gedung olahraga di kota kecilku ini. Sebenarnya sudah agak lama aku mengenal dia, namun semenjak pertemuan itu hubungan kita semakin dekat dan akrab. Hingga suatu ketika perasaan itupun akhirnya muncul diluar nalarku. Ah, tapi sudahlah dia hanya sebagian dari masa laluku yang kini entah dimana keberadaannya.
Namun sejenak aku tertawa geli mengingat hal konyol yang sering kita lakukan bahkan sampai hal yang membuatku tersenyum-senyum sendiri. Saat ku sandarkan kepalaku di bahumu jika aku mulai merasa lelah dan sangatlah penat. Tak ku sangka sebelumnya, ku lihat senyum  ikhlas indah itu mengambang  di parasmu. Perlahan air mata itu mulai menetes tanpa ku sadari. Lantas kau usap air mata itu sambil mentertawakanku perlahan dan berkata bahwa aku sangatlah cengeng. Kau mendekap dan memeluk diriku di bawah hembusan angin senja yang sangat hangat terasa. Dan saat ini aku hanya bisa tertawa geli mengenangnya.

            Aroma pekat itu kembali muncul, seketika memaksaku menggerakkan jemari kecilku untuk menulis kembali tentangmu yang perlahan sudah mulai hilang. Tak terhitung berapa lamanya. Sepertinya sudah hampir 3 bulan yang lalu semenjak kamu memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi lagi, aku selalu absen memposting apa saja tentangmu bahkan untuk mengetahui kabarmupun aku tak bisa. Tak pernah sekalipun kabar tentangmu menyapa begitu hangat di telingaku. Namun kali ini aku tak tahu mengapa aku ingin sekali menulis kembali tentangmu. Atau mungkin rasa itu kembali akan datang lagi? Ah, rasanya tidak akan. Apa mungkin saat ini aku sangat merindukanmu? Semua nampak begitu semu dimataku. Sampai aku pun tak mengetahui sebenarnya apa yang terjadi denganku.

            Jari-jari manisku mulai menekan satu per satu huruf-huruf di keyboard hingga terbentuk suatu rangkaian kalimat. Namun aneh rasanya, kini tulisan ini terasa nampak tidak bermakna dan sungguh asing bagiku. Ya, kali ini aku mendapati diriku berbeda, karena aku tidak mampu merangkai kata-kata seindah dahulu. Led merah handphoneku tiba-tiba menyala, menandakan ada suatu bbm masuk. Dan setelah aku lihat ternyata bbm itu berasal dari kamu. Entahlah pertanda keanehan apa lagi ini. Tapi yang jelas aku nampak begitu senang sekali rasanya. Wajah sumringah terpancar dariku, seakan aku baru saja memenangkan undian yang berhadiah mobil. Tak terbendung betapa senang dan bahagianya diriku saat itu, walaupun hanya sekedar mendapat bbm darimu. Rasanya ingin aku beritahukan pada kunang-kunang betapa senangnya diriku saat itu. Hingga ku urungkan niatku untuk menulis saai itu.
            Gemerlap lampu yang tampak dari balkon rumah seolah tersenyum kepadaku. Merasakan indahnya malam itu. Kau menyapaku hangat seperti biasa. Memang itu hanya sebuah tulisan yang kau ketik dari tempat dimana kau berada sekarang. Namun itu sangatlah berkesan bagiku. Dan tanpa disadari sebenarnya aku sungguh merindukanmu. Namun apakah itu juga terjadi padamu? Apakah kau merindukanku juga? Lagi lagi pikiran itu sesaat menyiutkan perasaanku.

            Santai penuh kehangatan. Itulah yang kali ini aku jalani saat dimana kamu kembali menyapaku setelah hampir sekian lama kita jarang berkomunikasi. Aku tidak ingin gegabah. Aku tidak ingin terbawa emosi. Aku tidak ingin merasa sangat terbuai oleh suasana. Dan lebih tepatnya aku tidak ingin merasa terbang tinggi oleh sanjungan-sanjunganmu walaupun itu terkadang membuatku tersenyum dan tertawa kecil. Suasana malam ini tiba-tiba pecah setelah lagu My Love yang dinyanyikan oleh Westlife berdering di telefon genggamku.

Tanpa banyak berfikir aku langsung menekan tombol hijau dan suara halus itu terdengar menyapaku hangat diujung telefon. Seketika itu juga aku terdiam. Entah apa yang terfikir dibenakku rasa tak percayapun sempat hinggap di pikiranku. Buru-buru aku membalas sapaan hangatmu itu dengan hati yang berbunga-bunga mungkin.

            Dan perbincangan yang sungguh teramat manis itupun berakhir setelah kurang lebih 2 jam lamanya. Terasa sangatlah lama mungkin hingga telingaku merasa panas dan pegal. Tapi semua itu terbayar sudah. Ah rasanya tak bisa aku ungkapkan sama sekali betapa senangnya hatiku. Namun lagi lagi aku terdiam dan kali ini aku menangis. Entah apa yang ku rasakan saat ini mungkin memang membuatku merasa sangatlah senang. Tapi aku tidak menyadarinya bahwa ini hanyalah bayangan semu yang datang bukan untuk tinggal, melainkan hanya untuk singgah sebentar saja.


            Malam itu untuk kesekian kalinya, biarkan aku dan Tuhan yang tahu tentang perasaan ini. Perasaan yang entah akan membawaku kemana. Yang entah akan membawaku bahagia ataupun sebaliknya. Namun tak henti-hentinya aku berdoa kepada Tuhan dan mengucap namamu dalam doaku, semoga kamu selalu ada di lindunganNya. Aku tersenyum menatap langit, berharap kelak aku dan kamu dapat bertemu dalam suatu momentum yang indah karena aku merindukan saat-saat indah itu saat bersamamu dahulu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos Penyimpangan Mesir Kuno

Sore Senja Itu

Pohon Teraneh Di Dunia